#BDGLautanDamai* :
Belajar Toleransi Dari Interaksi
Sahabat-sahabatku yang baik hati, izinkan saya cerita di sini. Satu Minggu pagi saya berjalan-jalan sendiri. Melewati SD Banjarsari memang iseng sekali. Tiba-tiba satu benda amat menarik hati. Dari luar pagar saya pandangi, malah saya yang jadi malu sendiri. Benar-benar malu tanpa henti. Membuat saya merasa tidak tahu diri. Benda itu sebenarnya sederhana sekali. Terpasang di salah satu sisi, bentuknya burung gagah berdiri. Itulah lambang Garuda Pancasila yang sakti. Yang mencengkram semboyan Bhinneka Tunggal Ika di kaki. Dulu sekali, setidaknya ketika saya diajari, semboyan itu begitu dipuji. Kalimat itu, katanya, telah menyatukan seantero negeri. Dari Merauke di kanan hingga Sabang di kiri. Namun kini kusadari. Semboyan itu kini tak lagi sakti. Mengapa saya berani bilang begini? Tak perlu sulit mencari. Mata kita sebetulnya sudah disuguhkan berbagai bukti. Lihatlah di televisi. Berbagai konflik marak di sana sini. Ada antara suku itu dan ini, ada pula perusakan Ge...