Posts

Showing posts from December, 2013

Writing on Ashura Day : Facing Prejudice

Image
I was pretty annoyed with my interviewee’s question : “Are you Sunni or Shia?” I said I am Sunni with a plain intonation in hope he won’t ask further. When the interview has done, I am keep asking about that question. Are we really need to know other’s identity before we give our answer? Does it really matter? Will does different identity, let’s say I am an atheist, lead you to give different answer? His name is Suaedi, a vice leader of DKM ( Dewan Keluarga Masjid , Mosque Family Council) in Al Amanah mosque, Kawaluyaan, Bandung. I met him in purpose to complete my writing about Ashura Day about three weeks before. Weeks ago, Shia’s Ashura celebration has been moved to Kiaracondong due to this DKM’s request to the police. Suaedi came to the mosque just before a weekly pengajian (preach) began, then I told him my purpose. He lead me to the DKM office, where he asked about my faith. Besides his question I’ve mentioned above, the other thing of importance for me is h...

Suara-Suara di Balik Asyura (4 - habis)

Image
Teks dan foto oleh Rio Tuasikal Universitas Islam Bandung - Sabtu, 7 Desember 2013 Suasana seminar di Unisba “Pilih organisasi mahasiswa yang aman, dan terbebas dari paham-paham,” ujar Acep Saiful Milah, pengurus KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia) dari kursi pembicara. Acep menambahkan, “Baik internal mau pun eksternal, kaji terlebih dahulu, baik secara AD ART-nya maupun secara pergaulannya. Bisa saja di AD ART tidak tercantum akidah Syiah, tapi secara pergaulan, di antara dialektika-dialektika yang muncul, justru Syiah.” “Makanya kita sebagai mahasiswa harus cerdas memilih dan memilah organisasi mahasiswa, mana saja yang terbebas dari paham-paham. Dan bukan hanya dari Syiah, banyak juga paham-paham sesat lainnya.” (RIO TUASIKAL)

Suara-Suara di Balik Asyura (3)

Image
Bersambung dari bagian 2 Teks dan foto oleh Rio Tuasikal   Masjid Al- Amanah, Kawaluyaan- Kamis, 5 Desember Suasana Al Amanah Petang gerimis di kompleks Kawaluyaan Indah, Bandung. Ayat-ayat Al-Quran melantun dari pelantang di atas menara air. Al Amanah, masjid yang dari sanalah rekaman Quran itu diputar, ada di seberang menara air. Masjid itu berlantai dua, yang atas untuk ibadah, bawahnya untuk wudhu dan kelas agama anak-anak. Warna hijau muda mendominasi interior masjid. Sekitar mimbar berhias ornamen kubus cekung dan cembung berbahan logam. Ada dua AC terpasang di dalam. Seorang pria duduk membuka blackberry-nya selepas ia sholat maghrib. “Jangan ke saya, ke Pak Suaedi saja,” kata lelaki bernama Affad Ruslan itu saat saya tanyai soal acara Asyura. “Kamis kemarin Pak Suaedi jadi panitia,” imbuhnya. “Panitia apa, Pak?” “Panitia buat nge-counter acara kemarin.” Affad meminta saya menunggu hingga selepas Isya, sekitar pukul 7 malam. Akan ada pengajian rut...

Suara-Suara di Balik Asyura (2)

Image
Bersambung dari bagian 1 Teks dan foto oleh Rio Tuasikal   Sekolah Muthahhari, Kiaracondong - Selasa, 3 Desember Rilis pers dari IJABI “Dan IJABI (Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia) sebagai ormas sudah diakui sejak lama, ya, Pak?” saya coba mengonfirmasi. “Iya,” kata Hesthi singkat. “Masak (IJABI) mesti ditulis kayak Nyonya Meneer, berdiri sejak?” celetuk Hardjoko. Lalu kami tertawa. “Di spanduk penolakan, adakah ormas-ormas yang sudah diketahui secara umum?” tanya saya. “Selain yang ditulis di berita seperti IHDI, KORDUS, UPAS, GARDA? Apakah panitia mencatat nama-nama ormasnya?” Hesthi menjawab singkat, “Enggak, enggak mencatat.” Ia mengaku tidak mau berspekulasi mengenai siapa-siapa saja yang namanya tercantum di spanduk penolakan. Hesthi menganjurkan, “coba tanya ke pihak DKM (Dewan Keluarga Masjid) di sana.” DKM yang ia maksud berjumlah 7 dan menamakan dirinya Forum Komunikasi DKM se-Kawaluyaan. FKDKM ini melayangkan surat penolakan kepada kepoli...

Suara-Suara di Balik Asyura (1)

Image
Teks dan foto oleh Rio Tuasikal   Sekolah Muthahhari, Kiaracondong - Selasa, 3 Desember halaman depan Sekolah Muthahhari pascahujan. “Kamu sendiri apa? Sunni apa Syiah?” ujar Hardjoko, sore itu. Azizah, teman saya yang duduk di kanan saya hanya bisa tersenyum. Saya bilang pada Hardjoko, “agama dia NU (Nahdlatul Ulama), Pak.” Kami tertawa kecil. Hujan besar berangin baru saja mengguyur Sekolah Muthahhari, Kiaracondong, Bandung, Selasa (3/12) kemarin. Saya dan Azizah sedang berbincang dengan Hardjoko dan satu rekannya. Kami duduk di ruang tunggu Yayasan Muthahhari. Narasumber utama kami dari IJABI (Ikatan Jamaat Ahlul Bait Indonesia) Hesthi Raharja belum datang. Maka kami disilakan ngobrol sebentar dengan Hardjoko yang merupakan pengurus Ahlul Bait Indonesia (ABI), organisasi rekanan IJABI. Hardjoko bercerita dirinya merayakan Asyura pada Kamis (14/11) di Jakarta. Dari ponselnya, dia menunjukan foto kelompok tertentu yang sedang berdemo di depan Mall of Indonesia gun...